sebuah permulaan

inilah,
sebuah permulaan dari saya
untuk belajar menghargai kehidupan,
kejujuran, dan
waktu
belajar memahami cinta
yang dangkal, dan
dalam
belajar menggapai ketulusan
dalam berbagi kasih, dan
harapan
belajar meringkas hari-hari
yang berdiri atas dua kemungkinan,
bahagia atau merana
dan belajar untuk selalu menemukan jawaban
atas deretan tanda tanya tentang kehidupan itu sendiri
yang mungkin tiada berujung
inilah saya, berkisah pada hidupnya sendiri
yang akan selalu belajar sepanjang rentang sampai
sebuah akhiran

"Segala sesuatu yang ada harus ada permulaannya.".
― Jostein Gaarder, Dunia Sophie, hal. 21

belajar pada yang paham

Mendengarkan tuturan pengalaman seorang ibu rumah tangga tentang perjuangan hidupnya merupakan satu hal yang sangat saya sukai. Saya dapat belajar banyak bagaimana menghadapi lika-liku kehidupan yang mungkin suatu saat juga akan saya hadapi.

Agenda kerja saya hari ini memang mewawancarai satu keluarga: suami-istri di Prumpung, Jakarta Timur sebagai bahan untuk membuat kajian saya. Hal yang digali seputar strategi pengelolaan keuangan rumah tangga agar segala kebutuhan keberlangsungan hidup keluarga dapat tercukupi.

Yang membuat saya tertarik dari keluarga ini adalah cara mereka mendidik anak-anak. Dua hal misalnya: keuangan dan cara bergaul.

Pertama, keuangan. Secara ekonomi memang keluarga ini tergolong tidak mapan. Dapat terlihat dari banyaknya pekerjaan yang mereka lakukan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Dan sang istri pun harus berperan ganda dengan menjadi pengurus rumah tangga sekaligus pencari pendapatan. Yang menarik, cara mendidik anak-anak mereka dalam hal pengelolaan keuangan kemudian dijadikan satu strategi untuk berhemat. Sejak kecil anak-anak ditanamkan untuk menabung terlebih dahulu andai ingin membeli barang yang diinginkan. Barang apapun yang ingin dibeli, wajib hukumnya untuk mengumpulkan uang sendiri dengan cara menyisihkan dari uang saku harian yang diberikan. Kebiasaan ini yang kemudian menurut saya berdampak pada sikap sang anak menjadi lebih pengertian atau peka terhadap kondisi keuangan orangtuanya.

Kedua, cara bergaul. Salah satu anak dari keluarga ini adalah anak perempuan yang masih duduk di Sekolah Menengah Pertama. Yang notabene termasuk kategori Anak Baru Gede yang relatif rentan terbawa arus apapun yang berpengaruh di sekitarnya. Anak perempuan dari keluarga ini terdaftar sebagai siswi di salah satu sekolah favorit di Jakarta. Menurut sang Ibu siswa-siswi sekolah tersebut juga dari menengah-keatas."Yah, agak minder juga. Kita kan bukan apa-apa," katanya.

Ketakutan terbawa arus gaya hidup modern siswa-siswi sekolah tersebut, Sang Ibu dan Ayah pun memberi rambu-rambu yang menurut saya menarik. Misalnya, "kalau ingin ikut sama temen-temennya makan di mall atau beli sesuatu di toko buku ya harus pakai uang sendiri. Kalau tidak punya uang, ya jangan ikut. Nabung dulu sampai punya, baru beli," begitu tutur sang Ibu.

Lainnya di tuturkan sang Ayah, "misalnya kalau dia pengen pacaran, tidak saya larang. Tapi jadikan itu motivasi, bukan kegilaan. Biasanya kan kalau anak-anak baru gitu sukanya sama kakak kelas. Nah motivasinya tuh gini, kalau kamu suka sama kakak kelas, kamu harus belajar yang rajin supaya pinter. Kalau gak pinter gimana bisa dilirik."

Wah, menarik sekali menurut saya. Cara pendidikan yang berdasarkan pengalaman hidup orangtua. Dan semua dilakukan karena anak. Karena cinta kasih terhadap anak.

Memang masih banyak hal yang harus di cermati dari kisah keluarga ini.Tapi dua hal tadi berkesan bagi saya pribadi sebagai seorang anak dari keluarga yang sejarahnya juga berlika-liku. Bahwa terkadang saya masih sering membuat repot orangtua padahal sudah bekerja, bahwa saya masih tidak mampu mengelola keuangan sendiri, bahwa saya masih ini-itu. Pengalaman ini menjadi pembelajaran bagi saya agar dapat mengelola hidup saya, terutama yang menyangkut tentang uang.

Satu lagi: "Jadikan pacaran sebagai motivasi, bukan kegilaan". Yup, sebuah ungkapan yang paling berkesan. Bahwa saya masih bersikap bahwa cinta adalah gila, cinta adalah buta. Kata-kata yang menampar saya. Yang kemudian membuat saya berpikir bahwa seharusnya saya memandang bahwa menjalin hubungan dengan seseorang memang seharusnya seperti itu. Bukannya sebuah kegilaan yang justru membuat capek sendiri. membuang waktu. membuang energi.

Untuk keluarga yang saya temui hari ini, terima kasih atas tuturan pengalaman yang sangat berharga. Pelajaran hari ini akan selalu saya ingat baik-baik. Lebih jauh akan coba saya terapkan di kehidupan saya. :)

“I hope that one day you will have the experience of doing something you do not understand for someone you love.”― Jonathan Safran Foer, Extremely Loud and Incredibly Close

1955-2011

Untuk seterusnya angka ini akan selalu dikenang dunia: 06-10-2011. Steve Jobs, sang pendiri Apple meninggal dunia dalam usia 56 tahun akibat kanker pankreas yang dideritanya.

Yang sangat saya sukai dari Apple adalah logonya. Bentuknya yang seperti "apel sopak" ini begitu keren dan unik di mata saya. Yah, walaupun keinginan untuk menjadi salah satu pemilik produk ini belum kesampian :D. Tapi serius, desain produknya sangat luar biasa! Salah satunya Apple Mac Pro Quad Xeon 64-bit desktop workstation yang setiap hari berpapasan dengan mata saya. Sebab, komputer gede berwarna putih tersebut tergeletak dengan elegan di ruang baca perpustakaan kantor saya. Benar-benar keterlaluan sekali seksinya racikanmu itu Mister!

Kini, kau telah berlayar jauh ke dunia yang tak dikenal. Mungkin saja kau akan bertemu Jack Sparrow, Barbossa, atau Davy Jones di sana. Jika ya, tolong sampaikan salamku dan selamat bersenang-senang. :)

Selamat jalan Mister Jobs! Tetap kenakan topi bajak lautmu. :)

"It's better to be a pirate than to join the Navy."
--Steve Jobs, 1955-2011.

matahari

aku tak akan menjadi mataharimu
sebab matahari itu sesungguhnya ada dalam dirimu
jaga diri baik-baik sayang
:)

sembunyi



kau bersembunyi dalam selimut hujan
lalu berlari
melawan pelangi